Kanker Mulut Rahim ( Kanker Cerviks ) merupakan salah satu penyebab kematian akibat keganasan tertinggi bagi wanita Indonesia. Kanker yang menjadi momok setiap wanita ini sangat memerlukan perhatian yang lebih agar dapat dihadapi dengan baik. Kanker mulut rahim dapat ditemukan melalui screening melalui Pap Smear. Banyaknya kesimpang siuran mengenai kanker ini, terkadang membuat bingung dan terjadi mispersepsi.
Berikut kami akan berusaha menampilkan beberapa mitos yang berkembang dibandingkan dengan fakta yang ada. Semoga dapat membantu anda untuk melihat lebih baik lagi dan tidak salah dalam mengambil langkah.
Mitos 1 : “Kanker Cerviks tidak dapat dicegah.”
Fakta : Infeksi dengan human papillomavirus (HPV) adalah salah satu point penting untuk berkembangnya terjadi kanker. Virus ini ditularkan secara seksual, namun kebanyakan tipe virus yang berbahaya sekarang sudah ada vaksinasinya.
Pencegahan infeksi HPV menjadi penting dalam menurunkan angka kejadian kanker cerviks. Kanker cerviks biasanya terbentuk secara perlahan setelah adanya infeksi yang menetap atau tidak terobati dengan sempurna. Sebelum menjadi kanker, maka akan terbentuk jaringan pra-kanker. Jaringan ini dapat terdeteksi dini dengan melakukan Pap Smears.
Mitos 2 : “Saya terlalu muda untuk terkena kanker mulut rahim.”
Fakta : Usia rata-rata penderita kanker mulut rahim adalah 48 tahun. Walaupun jarang, wanita dapat terkena kanker ini dalam usia 20an. Infeksi HPV dan jaringan pra-kanker banyak ditemukan pada wanita yang lebih muda.
Mitos 3 : “Saya tidak berhubungan seksual, jadi saya tidak perlu vaksinasi HPV.”
Fakta : HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual, begitu juga dengan secara oral atau dengan bersentuhan dengan tempat infeksi. Saat ini sudah ada vaksin untuk HPV yang dapat melindungi dari beberapa tipe HPV, dan FDA (badan pengawas makanan Amerika Serikat) menganjurkan wanita usia muda untuk mendapatkan vaksinasi ini.
Mitos 4 : “Saya sudah mendapatkan vaksinasi HPV, jadi saya tidak perlu menggunakan kondom saat berhubungan seksual.”
Fakta : Vaksinasi HPV hanya memberikan perlindungan terhadap beberapa tipe HPV, beberapa tipe yang lainnya tidak, dan masih ada banyak infeksi penyakit menular melalui hubungan seksual lainnya.
Mitos 5 : “Saya tidak memerlukan Pap Smear.”
Fakta : Pap Smear seharusnya sudah mulai dilakukan sejak wanita berusia 21 tahun atau 3 tahun setelah hubungan seksual pertama kali. Frekuensi dilakukan Pap Smear akan diberikan sesuai rekomendasi dokter kandungan anda.
Mitos 6 : “Saya sudah terlalu tua untuk Pap Smear lagi.”
Fakta : Tidak ada batasan usia untuk melakukan Pap Smear, bahkan semakin tua usia semakin sering ditemukan adanya kanker ini. Pap Smear tetap direkomendasikan walau anda telah menopause, sudah mengangkat rahim, atau sudah berusia lebih dari 65 tahun.
Mitos 7 : “Saya sudah diperiksa oleh dokter, jadi sama saja dengan Pap Smear.”
Fakta : Pap Smear mengambil sebagian sel dari rahim untuk diperiksa di laboratorium, sedangkan dokter memeriksa keadaan rahim dan bagian lainnya. Keduanya berbeda dan penting untuk mendeteksi masalah dini.
Mitos 8 : “Hasil Pap Smear saya tidak normal, artinya saya pasti terkena kanker.”
Fakta : Tidak selamanya benar, anda harus melakukan beberapa pemeriksaan lainnya untuk memastikan. Pap Smear yang tidak normal dapat ditemukan pada keadan pra-kanker dimana masih dapat diobati dengan baik.
Sebaliknya, Pap Smear yang normal tidak selalu berarti bebas kanker. Sekitar 10 % hasil Pap Smear menghasilkan nilai negative-palsu. Artinya, pemeriksaan tidak dapat menemukan masalah yang sebenarnya ada. Untuk itu, segera datang ke dokter bila anda mengeluhkan masalah perdarahan atau nyeri, walau test terakhir normal.
Mitos 9 : “Kanker Mulut Rahim tidak memiliki gejala-gejala.”
Fakta : Perdarahan setelah berhubungan, atau perdarahan diantara 2 siklus menstruasi atau perdarahan setelah menopause dapat mengindikasikan keadaan kanker mulut rahim. Keluhan lainnya dapat berupa keputihan yang tidak normal atau nyeri di daerah pinggul.
Mitos 10 : “Jika saya di diagnosis terkena kanker, maka saya akan meninggal.”
Fakta : Semakin dini stadium kanker saat ditemukan semakin baik kemungkinan untuk disembuhkan, jadi selalu masih ada harapan untuk hidup.
Mitos 11 : “Setelah selesai pengobatan, saya akan terus khawatir kanker kembali seumur hidup saya.”
Fakta : Juka kanker mulut rahim akan kembali kambuh, maka kemungkinan akan terjadi pada 2 tahun pertama pasca pengobatan. Jika sudah lewat dari 5 tahun, kemungkinannya akan semakin mengecil.
Mitos 12 : “Saya harus mengangkat rahim saya untuk mengobati kanker mulut rahim.”
Fakta : Pada stadium dini pengobatan yang biasanya dipilih memang dengan pengangkatan rahim, hanya saja bukan satu-satunya pilihan. Radiasi dan kemoterapi biasa digunakan untuk mengobati stadium yang lanjut, dan dapat menjadi pilihan pada penderita stadium dini yang tidak memungkinkan untuk dioperasi.
Mitos 13 : “Saya tidak akan dapat mengandung lagi setelah pengobatan.”
Fakta : Jika anda menjalani terapi pengangkatan rahim atau dengan radiasi,maka anda memang tidak akan dapat mengandung lagi. Namun, beberapa prosedur bedah terbaru dapat saja membuang mulut rahim dengan tetap mempertahankan rahim.
Mitos 14 : “Setelah pengangkatan rahim, akan segera membuat saya mengalami menopause.”
Fakta : Pengangkatan rahim tidak mengangkat ovarium, yang manda merupakan penentu seseorang dalam keadaan menopause. Kanker mulut rahim sangat jarang menyebar ke ovarium. Untuk terapi dengan radiasi dapat mempengaruhi ovarium, sehingga dapat menyebabkan menopause.
Mitos 15 : “Terapi sulih hormon dapat meningkatkan kemungkinan terkena kanker”
Fakta : Kanker mulut rahim tidak bereaksi dengan terapi sulih hormon seperti kanker payudara atau kanker ovarium. Dosis terapi yang rendah dapat mengatasi gejala menopause tanpa meningkatkan resiko terkena kanker mulut rahim.
Tanyadokter