fashingnet.com-Ohio, Penyakit crohn atau peradangan pada saluran pencernaan yang dialami Ryan Stevens membuat hidupnya tak bergairah. Namun keadaan berubah setelah usus besarnya dipotong sepanjang 1,5 meter.
Empat tahun lalu Stevens divonis menderita penyakit crohn. Setiap makan sepotong makanan saja, Stevens langsung diare kronis. Karena penyakit yang dideritanya itu, mantan guru renang ini kehilangan berat badan hingga 29 kg. Sehari-hari, dia menghabiskan sebagian besar waktunya di sofa.
Pada tahun 2011, dokter di Klinik Cleveland mengoperasi Stevens sebanyak tiga kali. Usus besarnya sepanjang lima meter pun diangkat karena obat tidak mampu lagi menghentikan perkembangan penyakitnya. Beberapa waktu setelah operasi, saat usianya mencapai 40 tahun, ia berenang di Danau Erie sejauh 24 km.
Hal ini dilakukan Stevens untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit crohn, penyakit autoimun yang merusak dan mengakibatkan diare persisten, rasa sakit, dan pendarahan. Kondisi ini juga bisa memegaruhi mata, sendi, kulit, dan hati.
Stevens berenang dari Long Port, Ontario, Kanada, menuju ke Free Port Beach di Pennysylvania. Tujuannya untuk mendapatkan uang $10.000 untuk diberikan ke pusat penelitian crohn dan colitis di Klinik Cleveland. "Ini adalah penyakit yang tak terlihat dan tak kenal lelah," kata Stevens seperti dikutip dari ABC News, Jumat (28/6/2013).
Crohn adalah penyakit di mana usus meradang dan luka. Hal ini menyebabkan gangguan pada fungsi normal usus. Usus juga tersumbat sehingga menghambat kemampuannya menyerap nutrisi. Pasien juga bisa mengalami luka nanah pada dinding ususnya.
Crohn bisa ditangani dengan obat. Namun, pada 75 persen kasus, para penderitanya harus melakukan operasi pengangkatan sebagaian atau seluruh usus besarnya.
"Crohn adalah penyakit yang mengerikan," kata ahli bedah kolorektal di Klinik Cleveland yang merawat Stevens, Dr Meagan Costedio.
"Dengan cara ini, tubuh harusnya bekerja ketika ada virus atau bakteri, sehingga dengan sendirinya akan terbentuk antibodi yang disebut antigen untuk melawan bakteri tersebut. Tapi dalam penyakit ini, usus kecil tidak bisa menghasilkan antigen, dan kami tak tahu mengapa hal itu terjadi," sambung Costedio.
Menurut Costedio, beberapa orang hanya butuh obat-obatan ringan untuk menyembuhkan penyakit ini. Namun, karena banyak yang menganggap remeh dan berpikir penyakit itu akan sembuh dengan sendirinya, kondisinya justru memburuk.
"Banyak pasien mengalami diare hingga 20 kali sehari sampai mereka mengeluarkan darah cukup banyak hingga membutuhkan transfusi darah," terang Costedio.
Gejala awal yang dirasakan Stevens yaitu diare berkali-kali pada Natal 2008. Saat itu ia ke dokter umum dan disarankan untuk minum yogurt. Namun, seminggu kemudian kondisinya memburuk dan ditemukankelainan pada anusnya.
Tahun 2009, Stevens kehilangan 10 kg bobotnya. Sebagai tindaklanjut dari penyakit crohn yang dideritanyam, dilakukanlah kolonoskopi dan biopsi. Dokter memberi Stevens steroid yang memiliki efek samping menekan respons imun.
Pada Februari 2011, bobot Stevens 120 kg, dan kondisinya memungkinkan dokter berani mengangkat hampir semua ususnya. Ia juga menjalani operasi ileostomy sementara untuk melampirkan usus kecil ke kantong di bagian luar kulit. Setelah itu, usus kecil langsung terhubung ke rektum.
Saat ini, Stevens mengonsumsi mercaptopurine, sejenis obat yang biasa digunakan untuk mengobati pasien kanker. "Semua dokter mengatakan bahwa aku tidak boleh menyerah, tetap dayagunakan tubuh dengan banyak latihan. Aku rasa berenang merupakan cara yang cukup baik," tutur Stevens.