fashingnet.com- Menyaksikan laga El Clasico jilid II di perempat final Copa del Rey, Kamis (26/1/2012) pagi, memberikan kita sebuah hiburan dari lapangan hijau berkelas tinggi. Ada yang berbeda ditampilkan Real Madrid untuk menghadapi Barcelona yang mengusung sepakbola seksi.
Ya, pada laga panas di Camp Nou itu, Madrid tampil lebih jantan. Tim raksasa Spanyol ini menampakkan wujudnya dengan lebih berani meladeni Barca lewat sepakbola menyerang.
Berdasarkan catatan statistik pertandingan, Madrid memiliki ball possesion 55 persen dan tendangan delapan ke gawang. Bandingkan dengan leg pertama lalu ketika Madrid hanya memiliki 30 persen ball possesion dan dua tendangan ke gawang.
Dari strategi dan komposisi pemain yang dipilih, kali ini terlihat jelas Pelatih Jose Mourinho menginginkan anak asuhnya bermain menyerang. Tampaknya Mou jengah terhadap kritik fans dan pemain Madrid dengan strategi defensifnya setiap kali melawan Barca.
Mou memilih mengembalikan Pepe sebagai bek tengah. Pekan lalu pada leg pertama, Pepe didorong ke tengah sebagai gelandang bertahan. Alhasil Madrid bermain dengan tiga gelandang bertahan, karena di situ sudah ada Xabi Alonso dan Lassana Diarra.
Kali ini, Mou hanya memasang dua holding midfielder, Alonso dan Diarra, sesuai pakemnya selama di Madrid dalam formasi 4-2-3-1.
Mesut Oezil pun kembali menjadi starter di sektor gelandang serang bersama Kaka dan Cristiano Ronaldo, untuk mendukung kinerja Gonzalo Higuain dan Karim Benzema yang dimainkan secara bergantian sebagai target man. Sejak kick off, Madrid langsung menyerang. Mereka mampu membuat Barca tertekan sehingga kesulitan mengembangkan gaya tiki taka.
Jika saja kiper Jose Pinto tak tampil gemilang saat menggagalkan dua peluang Higuain serta bantuan mistar gawang untuk menahan tendangan indah Mezut Ozil, Madrid sudah unggul tiga gol di menit-menit awal.
Akibat serangan Madrid yang sedikit mengendur, Barca akhirnya bangkit. Pertandingan bergengsi inipun menjadi makin hidup dengan jual beli serangan. Namun Barca lebih baik dalam efektivitas memanfaatkan peluang sehingga mampu mencetak dua gol dari kaki Pedro dan Dani Alves.
Permainan menyerang Madrid juga akhirnya sukses membuahkan dua gol lewat Ronaldo dan Benzema. Kondisi yang membuat tensi pertandingan makin menegang, karena jika mampu mencetak satu gol lagi Madrid berbalik menang dan lolos ke semifinal.
Sayang usaha Los Blancos tak membuahkan hasil. Mereka gagal mengejar satu gol tambahan untuk memukul balik Barca. Hasil 2-2 membuat Madrid gagal melaju ke semifinal, dan itu artinya gelar Copa del Rey yang menjadi satu-satunya persembahan Mou selama menangani El Real, melayang sudah. Madrid kalah dengan agregat 3-4.
Dan kegagalan ini tak lepas dari keputusan Mou yang tampil bertahan pada leg pertama hingga kalah 1-2. Andai saat bermain di kandang Mou lebih berani, dengan permainan menyerang seperti di Camp Nou, mungkin hasilnya akan berbeda.
Pekan lalu, Mou memang masih terlihat dihantui ketakutan dengan permainan menyerang ala Barca. Karenanya untuk kesekian kalinya ia memilih memakai strategi bertahan, meski faktanya telah berulangkali gagal dan gagal.
Ironis memang ketika Mou tak berani meladeni Barca dengan permainan menyerang. Padahal ia memiliki pemain dengan karakter menyerang yang berlimpah. Sepanjang musim ini, Madrid pun dikenal dengan gaya permainan menyerang yang luar biasa. Faktanya, di La Liga mereka sukses mencatat 16 kemenangan dari 19 laga, dengan mencetak 67 gol, unggul delapan gol dari Barca.
Di Liga Champions, mereka menyapu bersih enam laga penyisihan grup dengan kemenangan plus torehan gol luar biasa; 19 gol! Tapi ketika bertemu Barca, Madrid tiba-tiba menjadi tim penakut. Mou meninggalkan filosofi sepakbola menyerang, dan lebih memilih bermain bertahan. Kalau bisa, ia memarkir pesawat di depan gawang Iker Casillas.
Mou trauma dengan keputusannya bermain menyerang yang kemudian menyebabkan timnya kalah telak 0-5 pada debutnya di El Clasico musim lalu. Sebuah kekalahan yang membuat seluruh publik Madrid terpukul hebat.
Sejak saat itulah Mou menerapkan permainan bertahan, yang hasilnya juga tak maksimal kecuali terhindar dari kekalahan besar. Mou sempat berani menampilkan permainan lebih menyerang, tapi dikombinasikan dengan gaya hantam kromo di lini belakang, yang membuat Madrid menang 1-0 atas Barca pada final Copa del Rey musim lalu.
Ini kemudian menjadi satu-satunya kemenangan Madrid di era Mourinho, atau sejak Barca ditangani Pep Guardiola pada 2008. Berkaca dari hasil seri 2-2 kemarin, dan kemenangan di final Copa del Rey musim lalu, sudah sepantasnya Mou tak lagi trauma dan takut untuk meladeni Barca dengan permainan menyerang. Mou yang terkenal dengan mulut besarnya, harus bersikap lebih jantan.
Dengan demikian, laga El Clasico tak melulu menjadi dominasi Barca. El Clasico tak lagi dibumbui sepakbola negatif dan permainan keras. Tapi El Clasico yang akan datang mampu menyuguhkan pertandingan yang lebih menarik dan menghibur dengan permainan yang sama-sama menyerang untuk memuaskan seluruh pencinta sepakbola dunia.
http://www.tribunnews.com/2012/01/27/barcelona-vs-real-madrid-madrid-yang-lebih-jantan
Jangan Lupa Di Like Ya Gan
Judul : Barcelona vs Real Madrid: Madrid yang Lebih Jantan
Deskripsi : Artikel ini menginformasikan tentang Barcelona vs Real Madrid: Madrid yang Lebih Jantan secara lengkap dan detail.