fashingnet.com-Hari Suroto, peneliti Balai Arkeologi Jayapura, Papua mengatakan, noken asal Kabupaten Biak terancam punah.
Dikatakan Hari, hari ini di Jayapura, tas yang terbuat dari anyaman daun pandan dan kulit kayu buatan tangan itu terancam punah karena perajinnya kian berkurang.
Menurut Hari, Noken dapat dikategorikan sebagai warisan budaya takbenda, yang menurut Konvensi UNESCO pada 2003 warisan budaya tak benda meliputi meliputi segala praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, dan keterampilan.
Noken, tas khas Papua
Selain itu alat-alat, benda (alamiah), artefak, dan ruang-ruang budaya terkait dengannya yang diakui oleh berbagai komunitas, kelompok, dan dalam hal tertentu perseorangan sebagai bagian warisan budaya mereka.
"Noken ini warisan budaya tak benda," katanya.
Lebih lanjut Hari mengatakan, warisan budaya tak benda dikenal lebih akrab sebagai warisan budaya hidup. Warisan budaya tak benda diekspresikan dalam lima domain, pertama, tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya takbenda.
Kedua, seni pertunjukan, ketiga, adat istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan-perayaan, keempat, pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta, dan kelima, kemahiran kerajinan tradisional.
"Nah, para perajin yang membuat Noken Biak yang biasanya dari anyaman daun pandan dan dari kulit kayu sudah mulai mengganti bahan tersebut dari nylon atau bahan praktis lainya," katanya.
Hari juga mengatakan noken merupakan kerajinan tangan para perajin dari bahan asli alam Papua, sebagai jati diri masyarakat Papua. Noken mulai menuju kepunahan dan generasi muda tidak mengenal untuk meneruskan budaya noken.
Ada kecenderungan masyarakat Papua sangat jarang membuat noken asli dan akhirnya melupakannya.
"Noken dalam bahasa Biak disebut dengan 'inokson atau inoken'. Noken suku Biak dibuat di Kampung Bosnik, Biak Timur, yang mana perajin noken di Kampung Bosni, mama-mama sudah lanjut usia dan telah mulai berkurang. Mereka terdiri dari empat orang perajin noken daun pandan dan tiga orang perajin noken kulit kayu," katanya.
"Tambah lagi generasi muda Kampung Bosnik tidak tertarik membuat noken, selain itu bahan baku asli kulit pohon dan daun pandan mulai ditinggalkan diganti dengan benang nylon dan benang manila," lanjutnya.
Guna menyelamatkan keberadaannya, noken perlu dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah sebagai muatan lokal atau ekstrakurikuler, perlu pelatihan membuat noken, perlu revitalisasi fungsi noken di dalam masyarakat dan promosi noken oleh pemerintah daerah.
Oleh sebab itu, upaya pemerintah Indonesia untuk melindungi dan melestarikan noken dengan memperjuangkan noken diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia perlu didukung.
"Kaleb Waimuri, kepala bidang budaya dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Biak Numfor, katakan saat ini belum ada program dari pemerintah setempat yang mendukung pelestarian budaya noken," katanya.
Jangan Lupa Di Like Ya Gan
Agen Poker Online Agen Judi Online Agen Poker Online Agen Poker Agen Casino Online