fashingnet.com-Sebelum jadi dai, kehidupan almarhum Ustaz Jeffry Al Buchori lekat dengan dunia kelam. Narkoba, minuman keras, dan dugem, menjadi kebiasaan Jeffry hingga akhirnya kebenaran sejati mempertemukannya dengan manisnya iman.
Lepas dari dunia kelam, Uje (sapaan akrab Jeffry) mendedikasikan dirinya sebagai ulama. Dia terkenal sebagai dai gaul. Gaya yang nyentrik serta kemampuannya menyampaikan ajaran agama dengan bahasa ringan, menjadi salah satu kelebihan Uje mudah mendapatkan hati publik.
Kisah hidup Uje, juga dialami sejumlah orang. Mereka yang memiliki kisah kelam, umumnya berakhir ketika mulai merasakan titik jenuh dalam kehidupannya. Lalu mendapat hidayah.
Berikut empat ustaz yang memiliki masa kelam seperti Uje:
1. Gito Rollies
Bangun Sugito, atau lebih familiar dengan nama Gito Rollies, adalah salah satu rocker gaek Indonesia. Bersama band The Rollies, Gito mendulang kesuksesan di belantika musik Indonesia.
Musik rock, tidak hanya menjadi panutan Gito dalam menyalurkan bakat seni. Di kehidupan sehari-hari, rock seperti agama bagi Gito. Istilah sex, drug, rock n roll menjadi kebiasaan sehari-hari Gito.
Kehidupan kelam Gito mencapai puncak, saat 10 November 1995 dirinya mengalami peristiwa yang membuat shock lahir batin. Kala itu, sepulang dari konser Hari Pahlawan di Surabaya, di bawah pengaruh obat terlarang, Gito fly selama tiga hari.
Selama tiga hari di bawah alam sadar itu, Gito mengaku kelakuan yang dilakukan kembali diputar ulang. Hingga puncaknya ketika Gito merayakan ulang tahun di tahun 1997, di daerah Puncak Bogor.
Saat itu Gito dengan rambut awut-awutannya usai pesta miras, memandang warga desa berduyun-duyun Salat Jumat. hatinya bergetar, risau kembali mengusik hati. Peristiwa itulah menjadi akhir dari dunia kelamnya. Sejak saat itu, Gito menjadi alim dan jadi dai hingga ajal menjemputnya pada 28 Februari 2008.
2. Anton Medan
Anton Medan, atau Tan Hok Liang terkenal sebagai perampok dan bandar judi hebat, namanya dikenal hingga ke kawasan Asia Tenggara. Anton Medan tercatat pernah menghabiskan 18 tahun 7 bulan dipenjara.
Titik balik kehidupan spiritual Anton Medan terjadi saat mendekam di jeruji besi Lapas Cipinang. Kala itu, Anton yang menjadi salah satu tokoh sentral dunia kriminal mulai tertarik dengan Islam.
Di penjara, dia banyak belajar agama dari tiga orang penganut ormas besar Islam; Muhammadiyah selama dua tahun, Nahdlatul Ulama selama empat tahun, dan Persatuan Islam (Persis) selama delapan tahun.
Namun, tekadnya memeluk Islam tidak semudah membalikkan tangan. Usai menghirup udara bebas, Anton mulai mendatangi satu persatu ulama sebagai membimbing. Usahanya selalu gagal, ulama yang didatanginya menolak menjadi saksi ucapan dua kalimat syahadatnya.
Hingga akhirnya saat Ramadan tahun 1992, Anton Medan berjumpa dengan almarhum Zainuddin MZ. Di hadapan dai sejuta umat itu, Anton medan mengucapkan dua kalimat syahadat, dan mulai saat itulah dia juga meninggalkan seluruh atribut preman yang disandangnya.
Kini pria kelahiran Tebing Tinggi, Sumatera Utara, 1 Oktober 1957 itu telah mendirikan pesantren bernama At-Taibin, dan sebuah masjid yang dinamai Tan Hok Liang di Cibinong, Jawa Barat.
3. Hari Moekti
Hariadi Wibowo atau lebih dikenal dengan nama Hari Moekti, mantan rocker era 80-an terbilang sebagai penyanyi sukses di zamannya. Kehidupannya yang berlimpah, membuatnya bebas menentukan jalan hidupnya. Seperti rocker kebanyakan, Hari juga tak lepas dari dunia kelam.
Pria kelahiran Cimahi ini selalu tampik ciamik di panggung. Maka tak heran jika Hari menjadi salah satu 'dewa' rock yang dipuja banyak anak muda kala itu.
Namun, kehidupan artis yang serba glamour dan dan penuh kekayaan, tak membuat nuraninya tenang. Pelantun 'Hanya Satu kata' mencapai titik puncak kejenuhan, ketika di tahun 1995 bertemu dan berdebat dengan seorang ustaz.
Mata hatinya terbuka, Hari hanya tertunduk mendengarkan penjelasan ustaz soal agama dengan cerdas dan masuk akal. Di tahun yang sama, Hari memutuskan menggantung gelar rockernya dan beralih menjadi 'santri' dan menghiasi hari-harinya dengan dakwah.
4. Arifin Ilham
Sebelum jadi dai kondang, Muhammad Arifin Ilham juga mengalami masa metamorfosa dari dunia kelam. Pria kelahiran Banjarmasin 8 Juni 1969 itu, merupakan anak badung yang suka judi dan mabuk.
Meski tidak taruhan uang, Arifin kecil suka bermain judi dadu dengan taruhan kelereng. Kalau pasang tiga kelereng, menang dapat 10 kelereng.
Selain dadu, Arifin juga pernah mengancam membakar rumah orangtuanya karena tidak mengabulkan permintaannya beli motor trail. Saat itu, orangtua Arifin justru membelikan motor Vespa dengan pertimbangan kalau dibelikan motor trail, Arifin akan main kebut-kebutan bersama temannya.
Arifin kemudian menyiapkan minyak tanah dan korek api, namun orang tuanya tidak memperhatikan ancamannya itu. Hal itu membuat Arifin jadi kesal.
Kenakalan Arifin terhenti, ketika orangtuanya yang melakukan ibadah haji, mendoakan Arifin dari Tanah Suci. Kini, hari-hari selalu dihiasi dengan dakwah menyampaikan Islam.