Markas Besar Kepolisian RI memeriksa 19 orang yang diduga melakukan aksi teror bom buku dan Serpong, Kamis 21 April 2011. Mereka hingga kini masih terus diperiksa. Polisi juga telah mengungkap inisial ke-19 orang yang diduga menjadi pelakunya itu. Mereka adalah P, J, F, P, A, A, E, R, D, S, Y, M, A, D, M, R, A, A, dan J.
Dari 19 inisial itu terdapat satu orang yang berinisial P. P, disebut-sebut pernah menjadi sutradara film dokumenter. Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam, P pernah membuat film tentang tsunami Aceh. "Di kelompok yang kami tangkap ini, dia berperan sebagai pengorganisir," kata Anton, Jumat 22 April 2011.
Siapa P itu? Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar menyebut P itu bernama Pepi. “Menurut pengakuan tersangka lain, dia biasa dipanggil Pepi,” ujar Boy.
Dari kabar yang beredar, Pepi adalah lulusan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (dulu Institut Agama Islam Negeri, IAIN) Jakarta. Dari penelusuran Tempo, Pepi masuk ke UIN pada 1997 dan lulus pada 2001. Di UIN, ia mengambil Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam.
Namun Rektor UIN, Komaruddin Hidayat mengaku belum mengecek soal keterlibatan bekas mahasiswanya itu. "Karena ini masih libur, belum klarifikasi apakah dia anak UIN aktif atau sudah keluar," ujarnya.
UIN, kata dia, siap bekerjasama dengan kepolisian jika memang diperlukan. Ia mempersilakan kepolisian menangkap mahasiswanya jika memang ada yang terlibat terorisme. Sebaliknya, jika tidak terbukti bersalah, ia meminta agar mereka dilepas.
Benarkah Pepi --pengorganisir bom buku dan Serpong yang diciduk di Aceh- itu bekas mahasiswa UIN? Belum ada yang bisa memastikan. Namun dari penelusuran Tempo ke UIN, sejumlah bekas mahasiswa UIN mengaku kenal Pepi. Seorang temannya yang tak mau disebutkan namanya dan kini tinggal di Bandung mengatakan Pepi berasal dari Sukabumi, Jawa Barat. "Sudah tiga tahunan ini saya tidak bertemu dia lagi," katanya saat dihubungi Tempo melalui telepon selularnya.
Teman Pepi yang lain mengenal Pepi sebagai sosok yang pendiam, tidak mencolok, dan selalu berpakaian rapi. Menurut dia, di kampus, Pepi tergolong mahasiswa lulus cepat, empat tahun kuliah langsung wisuda. "Saya kenal Pepi hanya sebatas teman nongkrong," kata dia.
Menurut temannya ini, begitu lulus, Pepi pernah menjadi wartawan dan sutradara film. Namun, ia mengaku tidak tahu media apa tempat Pepi bekerja itu. Ia juga mengaku tak tahu apa film yang pernah dibuat Pepi. "Dia juga pernah menikah, tapi kemudian cerai," ujarnya.
Menurut temannya, Pepi tidak anti alkohol. Ia mengaku pernah menenggak minuman keras bersama Pepi. "Ya rame-rame," katanya
Sedangkan teman Pepi yang asal Bandung membenarkan profesi wartawan yang pernah digeluti Pepi. "Pasca wisuda jadi wartawan freelance beberapa media cetak," katanya.
Menurut teman Pepi lainnya lagi, Pepi mulai terlihat berubah menjadi berhaluan keras setelah kembali dari Aceh usai menjadi relawan korban tsunami 2004. Usai ikut relawan itu, pembawaan Pepi mulai sedikit berubah. Sehari-hari, kata sumber Tempo yang teman Pepi ini, Pepi suka berbicara soal agama. "Kalau berdebat itu dia memaksakan bahwa pandangannyalah yang paling benar. Kalau sudah ngotot, mukul," katanya.
Sang teman ini bercerita, semula, Pepi pergi ke Aceh untuk membantu teman sekampus asal negeri Rencong bernama Fadhil yang jadi korban tsunami. "Saat itu ia bergabung dengan organisasi --dia lupa nama organisasinya--biar bisa ke Aceh," katanya.
Sepulang dari Aceh itu, teman Pepi lainnya mengatakan Pepi yang dulu jarang ikut pengajian, mulau rajin ikut pengajian.