DERBI "El Clasico" antara Real Madrid dan Barcelona dianggap salah satu derbi terbesar dan terpanas sedunia. Keduanya klub terkaya, juga puya persaingan panas secara permainan, sosial, bahkan politik.
Latar belakang masa lalu tak pernah bisa dilepaskan dari partai ini. Madrid dianggap representasi kerajaan atau pemerintah di bawah Jenderal Franco. Sementara Barcelona dianggap pemberontak dan jadi representasi semangat separatisme Catalan.
Musim ini, mereka terlibat lebih banyak dalam "El Clasico". Selain dua kali pertandingan di Liga BBVA, mereka juga bertemu di final Copa del Rey dan dua kali bertemu di semifinal Liga Champions.
|
Suporter Barcelona membentangkan spanduk bahwa Catalonia (daerah tempat Barcelona berada) bukn Spanyol. Ini salah satu ekspresi separatisme Catalonia yang ikut membumbui Derbi El Clasico. |
Di Liga BBVA, Madrid kalah 0-5 di Camp Nou dan seri 1-1 di Santiago Bernabeu. Namun, hasil buruk itu terbayar setelah mereka juara Copa del Rey, menundukkan Barca 1-0. Lalu bagaimana dengan du leg Liga Champions, Rabu atau Kamis (28/4/2011) dini hari WIB dan 3 Mei mendatang? Yang pasti tetap panas dan ketat. Berikut ada lima hal yang menyangkut kedua klub tersebut.
1. Cules dan Merengues Suporter Barcelona sering disebut Cules, sedangkan Real Madrid terkenal dengan sebutah Merengues. Kenapa bisa?
Saat Barcelona masih bermain di Stadion Calle Industria, penonton berjubel melebihi kapasitas. Sehingga, banyak yng duduk di tembok stadion yang mengelilingi lapangan. Orang-orang yang lewat hanya bisa melihat pantat-pantat dan punggung mereka. Maka, suporter Barcelona pun akhirnya populer dengan sebutan Cules yang dalam bahasa Catalan berarti pantat.
Sedangkan Madrid identik dengan warna serbaputih. Mereka pun disebut Merengues, karena mengingatkan puding yang dibuat dari putih telur dan gula yang bernama "Meringues".
2. El Cangelo de Barcelona Pada tahun-tahun terakhir, media Madrid sering menyebut Barcelona menjadi korban teror Madrid. Mereka seolah ketakutan hingga seperti kaku, karena Madrid bisa tiba-tiba menyerobot gelar juara.
Tahun 2007, Barcelona memimpin sejak awal kompetisi. Namun, tim yang waktu itu ditangani Fabio Capello itu sukses merebut gelar di saat-saat akhir. Musim ini, media Madrid juga sering menyebut Barcelona "El Canguelo" yang berarti mayat kaku (saking takutnya), karena Madrid akan terus menteror mereka untuk merebut gelar. Dalam dual Liga Chamions, media di Madrid sering menggunakan istilah "Eurocanguelo".
3. La Manita Kemenangan Barcelona 5-0 atas Madrid pada pertemuan pertama Liga BBVA 2010-11, November lalu, membuat para penonton melambaikan tangan dengan lima jari terbuka. Mereka ingin menegaskan kemenangan 5-0 yang sangat berarti.
Maka, kemudian muncullan istilah "La Manita" yang berarti tangan kecil. Istilah itu sering dimunculkan media Barcelona sebagai ejekan kepada Madrid. Jika pada akhir kompetisi Liga BBVA kedua tim memiliki nilai sama, maka Barcelona akan tampil sebagai juara. Sebab, Barca unggul head to head 6-1, setelah pada pertemuan kedua di Santiago Bernabeu berakhir 1-1.
4. Villarato Teori konspirasi menyangkut "El Clasico" tak pernah reda dalam sejarah persaingan Barcelona dan Real Madrid. Dulu, Madrid dianggap selalu dibela, terutama oleh wasit, karena pengaruh penguasa Jenderal Franco yang mencintai Madrid. Kini, giliran Barcelona yang dituduh menjadi tim yang selalu dibela.
IStilah Villarato muncul sebagai plesetan nama Presiden Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF), Angel Maria Villar. Barcelona sangat mendukung Villar untuk menjadi Presiden RFEF lagi, sementara Madrid menentangnya. Villar tetap berkuasa dan Madrid menuduhnya sering membantu Barcelona lewat pemilihan wasit. Pelatih Real Madrid, ose Mourinho, pernah menyinggung hal ini.
5. Mes que un club Barcelona memiliki slogan "More than a club" (Lebih dari sekadar klub sepak bola). Sikap ini membuat "El Clasico" juga jadi dianggap lebih dari sekadar pertandingan sepak bola. Apalagi, Barca adalah simbol Catalan yang selalu ingin merdeka. Bahkan, Catalan punya timnas sepak bola sendiri dan lagu kebangsaan sendiri.
Bahkan, masih sering dijumpai, pendukung Barcelona membentangkan spanduk berbunyi, "Catalonia is not Spain". Mereka tak mau mengakui sebagai bagian dari Spanyol. Mereka juga serinig menyanyikan lagu kebangsaan Catalan setiap bertemu Madrid.
Suporter Madrid biasanya akan merespons dengan menyanyikan lagu kebangsaan Spanyol, "Que Viva Espana". Perang lagu kebangsaan ini juga terjadi pada final Cpa del Rey di Stadion Mestalla baru lalu.