Arus protes dan perlawanan baik masyarakat, dan dunia terhadap rezim Muammar Gaddafi membawa pada satu arus pengunduran diri para diplomat dan perwira angkatan udara.
Al Jazeera, AFP, AP dan Reuters, Senin (21/3/2011) melaporkan bahwa protes melawan kekuasaan Gaddafi telah mendorong para pejabat dan pilot pesawat tempur Libya mundur dan meminta suaka politik.
|
Ilustrasi |
Lebih jauh, kondisi di negara yang terletak di Afrika utara ini makin menunjukkan arah hilangnya dukungan rakyat atas Gaddafi.
Sejumlah besar pejabat pemerintah Libya di dalam negeri dan di luar negeri dilaporkan mengundurkan diri.
Begitu pula para pilot angkatan udara diberitakan membelot. Pilot tersebut dikabarkan ikut dalam rangkain serangan perlawanan yang dikomandoi Kolonel Gaddafi.
Al -Jazeera melansir pada hari Senin, dua jet angkatan udara Libya mendarat di Malta dan para pilot meminta suaka politik. "Mereka melakukan pendaratan ilegal di Malta, dan mereka mengklaim telah membelot setelah "gagal" mengikuti perintah untuk menyerang warga sipil yang memprotes pemerintah di Benghazi di Libya."
Demikian dilaporkan Karl Stagno-Navarra, kontributor Al Jazeera. Pilot pembelot tersebut mengaku berpangkat kolonel di korps angkatan udara Libya.
Kini mereka sedang dipriksa oleh pihak berwenang dalam upaya untuk memverifikasi identitas mereka. Dua jet Mirage mendarat di bandara internasional Malta tak lama setelah dua helikopter sipil mendarat. Tercatat pilot tesebut berjumlah tujuh orang. Dikabarkan pula hanya satu penumpang telah memiliki paspor.
Judul : Pilot Libya Pilih Membelot Ketimbang Tembaki Rakyat Sipil
Deskripsi : Artikel ini menginformasikan tentang Pilot Libya Pilih Membelot Ketimbang Tembaki Rakyat Sipil secara lengkap dan detail.